Saatnya Selling



Seringkali kita memaknai marketing hanya dari aspek selling ini. Khususnya direct-selling. Pokoknya jalan, pokoknya sosialisasi! datangi door to door, sebarin brosur dan pasang stiker. Selesai sudah kewajiban. Begitu bukan?

Untuk aspek ini, kader patut diacungi empat jempol. Bahkan tak peduli kalau yang didatangi adalah caleg partai lain. Sikat terus! Maju tak gentar membela yang benar! Dalam situasi tertentu, seorang kader memang kadang suka berubah jadi bonek!

Nah, kita coba berfikir lebih utuh. Bahwa dalam ilmu marketing memang ada yang namanya Selling. Ini bagian dari taktik marketing. Bukan strategi. Karena praktis kita tinggal menjalankan saja. Tidak perlu berfikir yang canggih lagi. Maka kompetisi yang dibutuhkan adalah militansi untuk kerja, kerja dan kerja!

Sekarang, coba dibedah lagi cara kita menjual caleg ini.

Pada saat persaingan relatif tidak ada, maka kita cukup informing about the product. Cukup buat stiker yang ada gambar caleg. Saya melihat, partai lain masih memakai cara selling yang paling primitif ini. Nggak tau mereka kalau pesaingnya sudah bejibun. Atau memang sebenarnya para caleg itu gak layak jadi caleg. Hanya karena punya duit mereka berani nyaleg. Padahal amanahnya itu, beuuu...

Nah, kalau caleg PKS juga masih primitif sellingnya, ya siap-siap saja stress. Karena pasti akan sulit bersaing dengan tokoh lokal atau pemilik modal. Kecuali kalau ada kader yang jadi selebriti kelas dunia yang dikenal dari anak-anak sampai nenek-nenek. Lha, kader kan banyak yang masih belum siapa-siapa? Kalau cuma pasang foto di striker, banner dan baliho ya sama saja dengan mubazdir. Buang-buang uang. Kata orang-orang yang lewat “siapa sih Lu, senyum-senyum sendiri di stiker?”

Teruskan ya. Pada saat sudah muncul persaingan yang mild, maka selling kita haruslah berupa feature selling. Di sini, product knowledge sangat menentukan. Caleg harus menginformasikan siapa dirinya. Secara jelas dan gamblang. Visi misinya apa. Apa keistimewaannya. Bagaimana menghubungi Si Caleg, De el el. Tugas timses nih untuk gali kelebihan, kistimewaan, bahkan keunikan Sang Caleg.

Lanjut, ketika persaingan mulai keras (strong) maka selling caleg kita harus Benefit selling. Selain sudah dipastikan punya keistimewaan dibanding Caleg lain, maka Caleg kita dipastikan memberi manfaat pada konstituen. Saat ikut sosialisasi, manfaat apa yang diperoleh konstituen. Misalnya mendapat gantungan kunci, kalender, buku tahlil, doorprize, mendapat tausiah dan ilmu baru. Dapat bulletin gratis. Dapat kaos gratis dll.

Sedangkan saat persaingan mulai liar, maka lakukan solution selling. Bagaimana seorang caleg jadi solusi atas masalah. Artinya, caleg harus memahami kebutuhan konstituen. Tahu masalah dan memberi solusi. Nanti saat sudah Aleg harus komitmen untuk lebih solutif lagi.

Dalam suasana persaingan yang liar ini, berlaku bahwa Caleg harus menjual solusi bukan lagi sekedar jual kecap nomor satu. Apalagi sambil menjelek-jelekkan kecap Caleg lain. Nah, sekarang bentuk solusi apa yang bisa menandingi “serangan fajar” sekaligus yang membedakan secara genuine dengan Caleg lain? Di sinilah kecanggihan kader sejati di uji!

Caleg PKS Karawang dari Dapil 1, Kang Imam Hambali sudah menerapkan ini. Sebelum caleg ia sudah memberikan solusi dengan program-program Komunitas Sahabat Cahaya (KSC) -nya. Setelah jadi aleg kelak, solusinya tentu akan lebih hebat lagi.

Caleg ummahat, saat masih caleg sudah memberikan solusi dengan program konseling RKI, perbaikan gizi, baksos kesehatan. Apa komitmen jika lolos jadi aleg? Salah satunya ya lebih mengintensifkan program RKI ini.

Inilah perlunya kolaborasi dengan Wajihah Amal yang dikelola kader. Kalau ada yang sakit bisa hubungi P*PU atau ada yang sigap ngurus Jamkesmas. Kalau masalahnya ma’isyah, Caleg dan Timses harus bisa mecahkan masalah tersebut. Minimal bisa memberi akses ke BMT atau LAZ atau sumber pembiayaan lainnya.

Nah, terakhir . Bagaimana kalau persaingan sudah sangat chaos alias sudah nggak karuan dan nggak kelihatan?

Maka selling kita harus berupa interacting of succes. Terjadi interaksi intensif antara Caleg dgn konstituen. Memang harus seperti itu hubungan antara caleg dan konstituen. Ini konsep genuine dari partai dakwah yang tidak akan bisa dimiliki caleg partai lain. Tinggal dipikirkan bagaimana agar terjadi interaksi yang seperti itu. Bagaimana agar terjadi saling membutuhkan. Sudah satu hati dan tsiqoh.

Maka, kontak dengan konstituen memang tidak cukup sekali. Harus beberapa kali. Apalagi caleg yang belum dikenal sama-sekali. Harus memperhatikan aspek ini. Mau nggak mau ya harus mau! Inilah salah satu bentuk jihad seorang Caleg dan kader!


Insya Allah, besok kita bicara Value atau Nilai seorang Caleg...

Komentar

Postingan Populer