ANDILAU

internet

 by : Admin NHC


Andilau? ini bukan tentang bintang film mandarin yang jadi Si Yoko dalam Serial Pendekar Rajawali, tapi ini adalah "antara dilema dan galau". Itulah mungkin suasana hati seorang banyak kader saat diamanahi sebagai Caleg. Mungkin bagi yang sudah melewati fase “labil ekonomi” apalagi sudah memasuki fase “statutisasi kemakmuran” dan situasi domestik aman terkendali, menjadi CAD tinggal masalah kemauan untuk jalan atau tidak.

Tetapi lain halnya dengan sebagian (besar) CAD. Ada kendala domestik yang masih rumit untuk diurai. Salah satunya dialami oleh Bu Nurul. Sejak status CAD disandang, maka amanahnya jadi seperti ikan Bandeng di lapak pasar: bertumpuk-tumpuk. Disamping seorang ibu lima anak dan dua masih balita, ia juga masih sebagai Ketua Bidang Perempuan DPD PKS Karawang yang harus rapat dan mengelola program Bidpuan.

Selain itu amanah mengelola grup-pembinaan-kader mengharuskan minimal empat kali dalam sepekan keluar rumah. Dengan tambahan sebagai CAD yang jadwal keluarnya tidak tentu, maka agenda harian rumah pun tak lagi berbentuk.  Apalagi wilayah Dapilnya tidak di wilayah domisili Dapil I, ini di dapil 6. Daerah yang masih asing dan jauh dari rumah.

Maka untuk sekedar koordinasi saja bukan perkara mudah. Segala sesuatunya harus disiapkan dulu. Mulai pekerjaan rumah yang harus beres karena pembantu belum ada. Setelah selesai, harus membereskan Si Bungsu yang masih bayi. Harus dibawa apa dititipkan? Di titipkan ke daycare adalah solusi. Walaupun masih harus ribet juga terlebih dahulu. Karena segala persiapan harus diselesaikan. Mulai dari memandikan, ganti baju, menyusui, menyiapkan makanan bayi, membawa ke lokasi penitipan anak, lalu mengambilnya lagi saat pulang dan membayar biaya jasa.

Kemudian saat berangkat, masih ada pertanyaan : naik apa? Untuk ke wilayah terdekat Dapil 6 tak cukup sekali naik angkot, apalagi kalau ke daerah jauh dan pelosok. Bu Nurul memang belum bisa naik motor jarak jauh. Di samping itu naik motor jarak jauh adalah pilihan beresiko. Di samping itu ia tak kenal wilayah. Hanya kenal beberapa kader. Pertanyaan terakhir dan paling pokok, mau sosialisasi ke siapa kalau tak ada yang kenal? Maka kompleksitas amanahnya sebagai Caleg sempurna sudah.

Hanya hari Sabtu dan Ahad yang relatif mudah. Karena ada Sang Pangeran yang bisa mengantarnya ke mana-mana. Walaupun Sang Pangeran harus mengorbankan kebersamaan dengan anak-anak. Untuk Si Kecil alhamdulillah ada yang bersedia mengasuh khusus Sabtu Ahad di rumah sehingga tak harus ribet persiapanannya.

Maka saya menyebutnya ini sebuah Mission Impossible. Untuk terpilih sebagai anggota dewan, menurut pandangan sekilas adalah tidak mungkin. Tak hanya Bu Nurul, semua kader, baik yang jadi Caleg maupun yang tidak, praktis sedang menjalani situasi yang dihadapi oleh semua pejuang: MENGELOLA KETIDAKMUNGKINAN. Karena mengandalkan branding PKS kini tidak bisa diandalkan lagi sebagaimana tahun 2004 lalu saat PKS baru muncul. Waktu itu branding “bersih dan peduli” begitu kuat. Kini, suka atau tidak suka branding “partai korupsi sapi” sudah mengendap di alam bawah sadar sebagian besar orang yang terpapar media massa.

Ya...sekarang para kader tak punya pilihan lain selain mengucapkan : “Selamat datang wahai KETIDAKMUNGKINAN”. Aku kan bercanda ria denganmu. Di medan amal ini. Di medan jihad ini. Hingga kelak kau berubah bentuk menjadi kemenangan yang teramat indah”.



*NHC : Nurul Hidayati Center



Komentar

Postingan Populer