ANTARA WIBAWA DAN APA YANG DIBAWA


oleh : Nurul Hidayati, S.Pd.I

Sungguh salah satu keindahan terbesar seorang CAD adalah saat “dipaksa” untuk silaturahim ke sana ke mari. Intensitasnya membuat penampakan seorang CAD memang mirip setrika yang bergerak ke sana ke mari. Mengukur jalan adalah aktivitas utamanya.

Dari aktivitas ngobrol-ngobrol itu kita mendapat gambaran-gambaran baru medan dakwah yang lebih berwarna. Bertemulah kita dengan orang-orang hebat yang berkontribusi nyata di masyarakat. Mulai dari pegiat majelis ta’lim hingga perintis Bank Sampah (nah... baru tahu kan kalau di Karawang ada Bank Sampah?) . maka terjadilah hubungan sosial yang produktif dan positif. Tak hanya untuk pemenangan pemilu. Hubungan bisnis juga bisa didapat dari situ. Minimal sebagai konsumen, he he. Dari situlah kita akan merasa kalau salah satu rumus pembuka pintu rizki adalah silaturahim.

Di sinilah manfaat keikutsertaan di Pemilu begitu terlihat. Tidak sekedar raihan kursi. Tetapi terjalinnya jaringan dakwah baru hingga ke pelosok yang jauh. Jaringan yang mirip akar serabut pada pohon kelapa. Itulah yang akan membuat organisasi kokoh walau mendapat terpaan tsunami sekalipun.

Bertemu secara fisik juga akan meluruhkan rasa curiga dan syak wa sangka. Saya yakin keikhlasan hati para kader akan dirasakan betul saat bertemu fisik. Itulah momen manusia. Tak bisa tergantikan oleh video conference sekalipun. Senyum yang tersungging akan membuka hati yang sebelumnya tertutup. Membuat dekat yang tadinya menjauh. Membuat empati yang tadinya antipati.

Maka jangan heran kalau saat media begitu gencar hancurkan citra, tapi masyarakat tetap cinta. Ya karena sosok kadernya itu yang sulit untuk di-su’udzhan-i. Apalagi yang pernah sentuhan bantuan tangan dingin kader. Tambah lengkeeet tak mau pergi. Sebahagiannya jadilah kader. Dari situ mungkin ada juga yang dapat istri (tidak pake “lagi”, lho..he he)

Hanya satu kegalauan saat silaturahim. Itulah saat yang dibawa sedang tidak ada. Ada rasa tidak pede yang mendera. Langkah jadi gontai wajah tak lagi ceria. Jadinya langkah silaturahimpun tertunda. Menunggu hingga anggaran rutin tiba. Kalau ternyata tak ada juga ini akan tak terpecahkan kalau ikhwah terlalu pemalu. Tidak terus terang kalau lagi tawadu (tak bawa duit). Apalagi kawan se liqo juga tak cari tahu. Akhirnya sang CAD bernasib pilu.
.



Karawang 25092013

Komentar

Postingan Populer