Pemilu, Antara Kemenangan Dakwah dan Sekolah Kehidupan


Oleh : Imad Abdullah


Ketahuilah, bahwa di PKS itu punya mekanisme canggih dalam meng-upgrade kompetensi para kadernya hingga ke level tertinggi. Bahkan kecanggihannya boleh diukur dari tool terkini di dunia pendidikan. Salah satu yang sedang “in” di dunia pendidikan adalah penerapan pendidikan tematik. Dimana pelajaran yang biasa kita pelajari di dalam kelas sampil duduk dibangku itu justru pada pendidikan tematik tidak dibuat terpisah-pisah. Tidak berdiri sendiri sendiri. Tapi ia dipelajari dari kasus yang bermunculan ketika satu tema sedang dijadikan objek pembelajaran. Maka kiita bisa meilhat bagaimana pelajaran matematika, sosial, ekonomi, akuntansi, budaya, seni, humanisme, politik itu semuanya terlihat hidup. Saling terkait dan saling terintegrasi.

Misalnya, tema yang kita jadikan pembelajaran adalah  pasar. Maka pasar kita bedah dari berbagai mata pelajaran. Dari  matematika misalnya, kita akan menghitung  berapa jumlah pedagang. Berapa rata-rata pengunjung pasar setiap hari. Apa bentuk geometri bangunan pasar. yang lainnya bisa kita rinci lagi, misalnya:

- Dari sudut pandang akuntansi. Berapa penghasilan setiap hari dan bagaimana mencatatnya. Kemudian bagaimana menghitung laba harian para pedagang itu.
- Dari sudut pandang politik, Perda apa yang berlaku di pasar itu. 
- Dari sudut padangan perpajakan. Apakah retribusi yang diberlakukan sudah sesuai dengan perda. Atau justru parkir liar yang merajalela.  
- Dari sudut pandang lingkungan. Bagaimana management pengelolaan sampah.
- Dari sudut pandang planologi. Apakah lokasi pasar sudah sesuai dengan tata kota.
- Dari sudut pandang arsitektur, bagaimana melihat konstruksi bangunan kios pasar. Apakah layak, dan enak dipandang? atau justru menyeruakkan kekumuhan.
- Dari sudut pandang sosial. Apakah tidak ada lokasi alternatif untuk lokasi pasar yang lebih menjanjikan. Dan...silakan Anda ambil sudut pandang lainnya.


Sekarang, mari kita lihat bagaimana pemilu itu merupakan pendidikan tematik  para kader PKS. Sehingga menjadikannya sebagai salah satu "kelas" dalam sekolah kehidupan. Jadi setelah para kader itu dibina dalam "kelas-kelas" kecil yang mobile bernama halaqah, plus extra kurikuler wajib berupa mabit, tasqif, daurah, mukhoyam, ziyaroh syuyukh, rihlah,penugasan dll, kaderpun ditempa pada setiap moment mobilisasi. Misalnya saat munashoroh Palestina, Pemilu, atau saat aksi sosial tanggap bencana. Tahun 2004 dulu, kader pernah merasakan betapa luar biasanya tarbiyah tematik ala PKS saat mobilisasi kader untuk bantu korban tsunami Aceh.  


Pemilu sebagai Pendidikan Tematik kader PKS.

Dari sudut pandang politik. Dengan mobilisasi untuk memenangkan pemilu, para kader jadi pada belajar ilmu politik praktis. Memahami fungsi dan keberadaan parpol. Mengenal KPU. Memahami kerja saksi TPS, KPPS, KPK del el el. Kelak akan belajar bagaimana menyusun anggaran. Mekanisme pengawasan eksekutif. Mekanisme menyusun legislasi. Belajar bagaimana hukum positif bekerja. Kemudian memahami kedudukan etika dan hukum.

Dari sudut pandang ekonomi. Bagaimana kader melihat pemilu bisa menjadi penggerak ekonomi. Bagaimana kader menangkap peluang menjadi suplier alat peraga, misalnya. Atau menghitung biaya pemilu secara ekonomi untuk kemudian dirumuskan menjadi pendapat tentang pemilu yang murah.

Dari sudut pandang hukum. Bagaimana kader memahai aturan terkait pemilu. Memahami aturan menyelesaikan sengketa pemilu. Memahami dokumen-dokumen yang punya kekuatah hukum de el el.

Dari sudut pandang sosial. Bagaimana menjadikan pemilu menjadi ajang silaturahim dengan sebanyak mungkin komponen masyarakat. Kader  jadi faham jalan hingga gang di pelosok Karawang.  Kader dipaksa untuk mempelajari sosiologi orang Karawang. Dari aksi blusukan saat sosialiasi tentu akan mudah didapat daftar tokoh yang bisa diajak sinergi untuk kebaikan.

Dari sudut padang ilmu marketing. Bagaimana kader  mempelajari  teknik menjual yang efisien dan efektif. Membangun branding yang kuat.  Membangun komunikasi efektif untuk merebut simpati publik di tengah pusaran badai kasus yang belum mereda.

Dari sudut pandang managemen. Kader jadi ditantang untuk bisa menggerakkan mesin partai yang efektif. Bagaimana menggerakkan SDM yang sudah terbina dengan baik. Memobilisasi ribuan kader yang telah tertempa di halaqah-halaqah untuk bisa bergerak di lapangan aksi.

Kesempatan beramal kader. Menjadikan pemilu adalah pendidikan sedekah terbaik. Karena bertemu momen terbaik. Kader berlomba bersedekah terbaik. Ada yang nyumbang web gratis. Ada yang nyumbang uang cash. Ada yang nyumbang acesosoris, kaos, bros, pulpen, kalender bertema pemilu. Ada yang nyumbang tenaga, waktu dlsb

Betapa masif dan meriahnya amal kader saat pemilu. Betapa beruntungnya kader yang memanfaatkan momen pemilu dengan penuh semangat! Dan sayapun mulai bisa memahami, kenapa dahulu  para Sahabat Nabi begitu antusias menyambut seruan jihad. Walau saat itu mungkin waktunya berbisnis. Waktunya merenovasi rumah. Waktunya mendampingi anak. Karena nilai kemuliaannya sungguh luar biasa dan nilai pembelajarannya yang amat tinggi.

Maka jangan heran, taujih para muroby temanya terkait pemilu. Sedekah dikaitkan pemilu. Baksos dikaitkan pemilu. Bahkan ada hajatan kader dipakai sarana kampanye. Punya jaringan diarahkan untuk mendukung kemenangan pemilu. Punya kenalan dijadikan akses ke pemilih. Berkurbanpun disalurkan di daerah pemilihan. 

Hasil pembelajaran itulah kemenangan sesungguhnya para kader PKS. Ketika kader dakwah bisa menjangkau seluruh wilayah Karawang. Ketika kader dakwah belajar banyak hal.

Maka, lolosnya kader ke parlemen sebenarnya hanya bagian kecil dari kemenangan PKS. Andaikan Caleg yang lolos itu kelak hanya diam saja dan hanya berperan saat ikut voting. Ia sudah menjadi unsur pencegah kemunkaran.  Apalagi kader-kader sekarang insya Allah bukan tipe ayam sayur. Mereka adalah macan-macan podium yang terbiasa berbicara di depan publik.

Kemudian jangan lupa, hitung saja infaq untuk organisasi dari para aleg yang jadi kelak.  Selama 5 tahun ia bisa menyetorkan infaq 200 juta lebih. Jadi infaq kader untuk pemilu sebenarnya akan balik lagi ke organisasi. Gak ada ruginya. Itu yang cash. Belum lagi program-program yang bersumber dari dana APBD yang bisa dikawal sehingga menjadi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemasalahatan publik. 

Jadi, bukan hanya karena ingin ada kader di parlemen kita ikut pemilu. Itu hanya secuil pertolongan Allah dan kemenangan yang dekat. Tanpa kader di parlemen pun, kita sudah meraih banyak sekali kemenangan dakwah sebagaimana saya sebut di atas. Apalagi kalau ada kader di parlemen. Apalagi kalau jumlahnya banyak, hmm...

Jadi, sekali lagi, dari pemilu kita belajar banyak hal, secara bersamaan dan saling terintegrasi. Para kader ditempa untuk menjadi pribadi  Muslim kaffah yang ditempa di sekolah kehidupan.

Tak terbayang bukan? Saat dulu mulai belajar liqo dan ansich menerima materi dasar tentang aqidah, ibadah dan akhlaq. Kini kita bisa belajar tematik sekaligus berjihad di medan pemilu.  Inilah universitas kehidupan para kader. Alangkah rugi kalau kita tidak mengetahuinya...


Komentar

Postingan Populer